Rim sudah lama tersadar. Dan, Rim kesal sekali.
Suara-nya hilang. Hanya gema suara-nya yang rasanya bergaung
keras dan memantul-mantul di dada. Tubuh-nya juga tak bisa digerakkan. Seolah
semua urat dan engsel penyambung-nya putus. Tak ada kendali-nya atas tubuh-nya
sendiri. “Ugh...,” gerutu Rim.
Disampingnya berdiri Net yang tersedu-sedu, memeluk tubuhnya
dan keluh kesah Net terdengar jelas di telinga Rim. “Rim..Rim..betapa bodohnya
kamu. Bagaimana bisa kau tertabrak begitu saja? Bagaimana kita akan menjelaskan
hal ini kepada Mama? Rim..Rim..malangnya
nasibmu. Kalau bisa bertukar peran, aku akan menggantikan-mu dan menanggung
semua.” Isak Net.
Sedih sekali Rim mendengarnya. Ingin sekali dia memeluk Net.
“Kriet..” Suara derit pintu yang terbuka terdengar di
ruangan itu. Dua sosok wanita muncul.
Net menoleh. Dengan wajah bersimbah airmata, Net menyapa.“ Mama...Mbah Mis” Dipeluknya dua orang yang dikasihi-nya
itu.Rim juga ingin memeluk mereka. Kenapa sih badanku? Rutuk
Rim, gemas.
Tetapi tak lama kemudian, Mama dan Mbah Mis pun memeluk Rim,
serta menangis, “Rim...oh Rim.”
Rim jadi sangat sedih. Kamar ini terasa sangat
muram.
“Net...ada apa sebenarnya ini?” tanya Mama dengan pandangan pilu.
“Rim tertabrak mobil? Lalu mengapa orang rumah sakit menelepon untuk mengurus
jenazah bayi? Bayi siapa? Mama bingung, Net?”
Tiga kepala seolah-olah mendadak tersadar dari suasana haru
biru, kembali kepada kenyataan;
Rim tersentak. Bayi-ku yang malang. Maafkan aku, jerit Rim.
Net tersentak, sambil melirik Rim, Net menjawab, “Akan Net
jelaskan, Ma. Tapi Mama harus tabah. Setabah Rim yang sudah lama menanggung
rahasia ini.”
Mbah Mis tersentak, “Inna
Lillah! Bayi? Bayi apa? Kapan lahirnya kok tiba-tiba sudah ada jenazahnya?
Kapan Rim hamil?” Mbah Mis memberondong Net dengan pertanyaan-pertanyaan yang
tiba-tiba memberondong kepalanya.
Net kembali menarik
napas. Mungkin sebelum merasa keberanian-nya menghilang, Net segera bercerita. “Enam bulan lalu, Mama ingat kita ke puncak?
Malam itu Rim dan aku diperkosa di Vila, Ma. Oleh Satiya. Satiya seperti-nya
mabuk berat dan rupanya sangat menyeramkan. Aku di pukul-nya hingga pingsan,
Rim juga. Kejadian itu sangat mengerikan buat kami. Tetapi kami sepakat untuk
merahasiakan-nya dari Mama. Lalu, Rim hamil. Aku tidak. Aku tidak tahu
bagaimana bersikap. Rim meminta aku merahasiakan hal ini dari Mama dan Mbah
Mis, dan terutama Satiya. Rim ngotot mau melahirkan bayi itu. Rim hamil 5
bulan, Ma. Badannya kecil, kehamilannya juga lancar. Kami berencana pindah
tinggal di Apartemen, jadi paling tidak mama tidak akan tahu soal ini, sampai
bayi-nya lahir. Mama terlalu sibuk buat kami. Jadi kami rasa menyembunyikan
semua ini tak akan ada masalah. Sampai kemarin malam, sebuah mobil oleng
menabrak Rim. Rim pendarahan berat. Bayi-nya sudah meninggal, dan sekarang Rim
koma. Begitu cerita-nya, Ma.”
Mama terlihat shock. Mbah Mis terlihat tak percaya. Suasana
kembali hening.
“Kriet...,” suara pintu terbuka lagi. Sesosok kepala muncul
dari balik pintu.
“Syukurlah kalian sudah disini. Bagaimana keadaan Rim?”
tanya seorang lelaki bertanya manis sambil berjalan menghampiri Mama, Mbah Mis
dan Net. Mama bergidik. Satiya, suami baru Mama.
Rim menggigil mendengar suara lelaki ini. Tanpa kesadaran
jemari-nya menggenggam balik jemari Net yang berada di atas jemari Rim. Net merasakannya,
dan mengguman pelan, “Aku tahu kembaranku yang kusayang. Aku akan melindungimu
dari lelaki biadab ini.”
Haahh?? ternyata..
BalasHapus..penampakan ya kan? hehehe...
Hapusoh...tragis...dua2nya diembat juga, rakus banget papa tirinya. hiks..
BalasHapusBanget! jadi ngeri sendiri sama ide-nya. Kok bisa ketularan Dark begini yah daku? salah siapa?:D
HapusYa allohh teganya..
BalasHapusiya nih. Ampun deh!
Hapusngerriii -__-, cepat lariiiii :(
BalasHapuswaduh.................
BalasHapus