2013/02/24

PromptChallenge Quiz: SATIYA


Rim sudah lama tersadar. Dan, Rim kesal sekali.
Suara-nya hilang. Hanya gema suara-nya yang rasanya bergaung keras dan memantul-mantul di dada. Tubuh-nya juga tak bisa digerakkan. Seolah semua urat dan engsel penyambung-nya putus. Tak ada kendali-nya atas tubuh-nya sendiri. “Ugh...,” gerutu Rim.

Disampingnya berdiri Net yang tersedu-sedu, memeluk tubuhnya dan keluh kesah Net terdengar jelas di telinga Rim. “Rim..Rim..betapa bodohnya kamu. Bagaimana bisa kau tertabrak begitu saja? Bagaimana kita akan menjelaskan hal ini kepada  Mama? Rim..Rim..malangnya nasibmu. Kalau bisa bertukar peran, aku akan menggantikan-mu dan menanggung semua.”  Isak Net.

Sedih sekali Rim mendengarnya. Ingin sekali dia memeluk Net.

“Kriet..” Suara derit pintu yang terbuka terdengar di ruangan itu. Dua sosok wanita muncul.

Net menoleh. Dengan wajah bersimbah airmata, Net menyapa.“ Mama...Mbah Mis” Dipeluknya dua orang yang dikasihi-nya itu.Rim juga ingin memeluk mereka. Kenapa sih badanku? Rutuk Rim,  gemas.
Tetapi tak lama kemudian, Mama dan Mbah Mis pun memeluk Rim, serta menangis, “Rim...oh Rim.” 
Rim jadi sangat sedih. Kamar ini terasa sangat muram.

“Net...ada apa sebenarnya ini?” tanya Mama dengan pandangan pilu. “Rim tertabrak mobil? Lalu mengapa orang rumah sakit menelepon untuk mengurus jenazah bayi? Bayi siapa? Mama bingung, Net?”

Tiga kepala seolah-olah mendadak tersadar dari suasana haru biru, kembali kepada kenyataan; 

Rim tersentak. Bayi-ku yang malang. Maafkan aku, jerit Rim.

Net tersentak, sambil melirik Rim, Net menjawab, “Akan Net jelaskan, Ma. Tapi Mama harus tabah. Setabah Rim yang sudah lama menanggung rahasia ini.”

Mbah Mis tersentak, “Inna Lillah! Bayi? Bayi apa? Kapan lahirnya kok tiba-tiba sudah ada jenazahnya? Kapan Rim hamil?” Mbah Mis memberondong Net dengan pertanyaan-pertanyaan yang tiba-tiba memberondong kepalanya.

Net kembali  menarik napas. Mungkin sebelum merasa keberanian-nya menghilang, Net segera bercerita. “Enam bulan lalu, Mama ingat kita ke puncak? Malam itu Rim dan aku diperkosa di Vila, Ma. Oleh Satiya. Satiya seperti-nya mabuk berat dan rupanya sangat menyeramkan. Aku di pukul-nya hingga pingsan, Rim juga. Kejadian itu sangat mengerikan buat kami. Tetapi kami sepakat untuk merahasiakan-nya dari Mama. Lalu, Rim hamil. Aku tidak. Aku tidak tahu bagaimana bersikap. Rim meminta aku merahasiakan hal ini dari Mama dan Mbah Mis, dan terutama Satiya. Rim ngotot mau melahirkan bayi itu. Rim hamil 5 bulan, Ma. Badannya kecil, kehamilannya juga lancar. Kami berencana pindah tinggal di Apartemen, jadi paling tidak mama tidak akan tahu soal ini, sampai bayi-nya lahir. Mama terlalu sibuk buat kami. Jadi kami rasa menyembunyikan semua ini tak akan ada masalah. Sampai kemarin malam, sebuah mobil oleng menabrak Rim. Rim pendarahan berat. Bayi-nya sudah meninggal, dan sekarang Rim koma. Begitu cerita-nya, Ma.”

Mama terlihat shock. Mbah Mis terlihat tak percaya. Suasana kembali hening.

“Kriet...,” suara pintu terbuka lagi. Sesosok kepala muncul dari balik pintu.
“Syukurlah kalian sudah disini. Bagaimana keadaan Rim?” tanya seorang lelaki bertanya manis sambil berjalan menghampiri Mama, Mbah Mis dan Net. Mama bergidik. Satiya, suami baru Mama.

Rim menggigil mendengar suara lelaki ini. Tanpa kesadaran jemari-nya menggenggam balik jemari Net yang berada di atas jemari Rim. Net merasakannya, dan mengguman pelan, “Aku tahu kembaranku yang kusayang. Aku akan melindungimu dari lelaki biadab ini.”

8 komentar: