2012/12/17

Tale of the Boiled Fish

Me, As a 100 % originally came from Batak's Tribe, theoretically, suppose to know how to cook and served one of our special dishes from our ancient's recipes. Like one special dishes named Arsik Ikan Mas (A Boiled Gold Fish cooked with spices) or in bataknese language we named it Dekke Na Niarsik.

Why does our ancient chosed A Gold fish for this symbol? it's because, according to some legendary explanations, a gold fish always swimming in the clear water, they are always moving forward together with their group without colliding. The meaning is person who eat this dishes was hoped to live in clear minds, have a good live together in a harmony, and reached their dreams. That is why, mostly we serve this dish on special celebration like marriage or new baby born celebrations. This dish is one of the symbol of the gift of life shown through cooking, and as a woman, people will took you as an important woman if you have succesfully cooked and served this tasty dishes.  As i said, theoretically. 

In reality, I can't cook it. 

There were no problems about it before. Anytime i want that Arsik Gold Fish, i just asked my mom to cook it.Or my auntie (after my mom passed away). Its easy. Even my husband, who came from different tribe loves this dishes and we love it when my auntie cameby and cook it for us. No problemo.

The problem cames, when -i don't know from where he got this idea- my husband wants to eat this Arsik Gold Fish made by me. Maybe after he went fishing and catched almost 26 kilos of goldfishes? maybe. We gave most of the fishes to our neigbours and left some for us to cook, and taraa...suddenly he said; Bun..how if you cook these goldfish into Arsik ? 

So i browsed and found several Arsik recipes. Make me confused of which one i have to use. And grumbling to myself why i never listened to my mother when she tried to teach me how to make it plus grumbled to my auntie..(her mistake was she wasn't around when i need her guide to cook this fish #knockin' on my head)

So i just pulled out my energy and concentrated. With some 'good creativity' (read: guessing around), based on my experienced watching my auntie cook this food (hehehe) i cooked the fishes.

This is how i made that food. I made a mixture of spices consisting of ginger, galangal, lemongrass, nutmeg, onion, garlic, red pepper and andaliman. Pour all the mixture of spices to the gold fish. Cleaned the fishes first before pouring it. Add the spiced fish with slices of honje, chives, and longbean. Put the fishes into a deep non-stick frying pan, pour water until all the fishes were covered, add some salts, and boiled the fishes until the water dried. then i served it. 


Luckily, it taste good! Voila...#wipping up my forehead

That's mean you can put me on the 'list of important woman in family'. LOL

Well i got some valuable lessons to, while making the dish.
One, Never ignore mother when she tried to teach you something. You wil need it somehow and sometimes in your life time. 
Two, Always prepared and learn from whoever got time to teach you lessons, specially some good life-lessons. Everyone has their special life experience that could become a valuable thing for us to know.

I guess that's all i want to share. Wish my experience can help us become better person. Cheers..



2012/12/11

#Postcardfiction Karena Hidup itu Indah



Seorang  wanita tua, duduk termenung menatap keluar jendela. Diputarnya kembali memori ingatan saat cucunya berbicara padanya beberapa menit lalu.

“Nek...Nenek masih disana?” tanya Raras, hati-hati. Dengan tangan tetap memegang smartphone-nya, Raras berjalan hilir mudik dengan dada berdegup cemas.

“Nek...?” panggil Raras, lagi.

Terdengar helaan nafas diseberang sana.

“Raras...aku sudah berjanji pada almarhum ibu-mu untuk menjagamu baik-baik. Sekarang saja Nenek sudah melanggar janji itu. Dengan membiarkan kamu tinggal di kota besar, sendirian.”
“Kalau Nenek nanti bertemu ibu-mu di surga sana, apa yang akan Nenek katakan pada beliau? Bagaimana Nenek akan menjelaskan, kalau putri-nya mau meninggalkan semua yang dimilikinya sekarang demi mencari jati diri? Kamu calon pewaris perusahaan kita. Jati diri apa lagi yang kamu cari sayangku? Nenek tidak mengerti!” 

Sambil menggeleng-gelengkan kepala, Nenek berusaha untuk memahami keinginan cucu semata wayang-nya.

“Nek..hanya Nenek yang selalu memahami Raras. Jadi, tolonglah mengerti keinginan Raras. Raras ingin memulai kehidupan Raras yang baru, meski harus bersusah payah dari awal lagi. Nenek tahu kan Raras suka melukis. Raras ingin pergi keliling dunia, bertualang dan menggambarkan semua yang Raras rasa dalam kanvas. Ijinkanlah Nek...Restu Nenek penting buat hidup Raras! Raras Mohon Nek..” pinta Raras, sambil mengusap airmata yang mulai jatuh.

Hati Nenek bimbang. Raras, cucunya yang selalu menuruti keinginannya. Raras, yang berbakat seni. Raras..kepada siapa nanti akan kutitipkan hasil jerih payah ini ?, pikirnya. 

Tetapi... hidup Raras juga penting.

“Nek..aku mohon...dukung Raras Nek..” pinta Raras sedih.

“Baiklah sayang..pergilah. Nenek merestuimu.” ucap nenek, berusaha terdengar tulus.

“Terima Kasih Nek. Raras sayang sama Nenek.” Raras menutup sambungan telepon itu, lalu terduduk menangis. Lega dan bahagia.

Diseberang sana, Nenek masih duduk. Berusaha tersenyum walau berurai airmata. Aku pikir, ucapnya pada diri sendiri, seseorang yang menggenggam sesuatu harus berani melepaskan, dan pada waktunya nanti dunia akan ikut tersenyum.

2012/12/10

Anak Bawang

Siang ini, sambil menunggu anak-anakku pulang sekolah. Saya duduk bersama para 'Jemputers-Jemputers' (maksudnya mami-mami dan Eyang-Eyang yang menjemput anak atau cucu-nya setiap hari ke sekolah), dan saling bertukar cerita.

Mami 1 : Sampeyan kelahiran tahun berapa toh jeng? 
         (begitu kira-kira awal mula obrolan kami)
Mami 2 : Aku tahun sekian..
Mami 3 : Aku tahun sekian ... Jeng. kenapa ?
Mami 4 : Aku juga tahun segitu.
Mami 5 : Aku lebih tua setahun dari kamu (sambil menunjuk Mami 3)
Mami 1 : ....terus yeiy..Tahun berapa? 
         (Sambil menatap aku yang masih anteng mendengarkan)
Aku    : Saya lahir tahun ....

Dan tiba-tiba semua serempak bernada sama : "OOOOOOOHHH" (plus Eyang-Eyang!!)Eh? pikirku, sambil celingak- celinguk. 
Helloooww.... is there anything wrong with that? (kira-kira begitu isi pikiranku)

Aku    : Memangnya kenapa ? Setelah koor OOO selesai.
Mami  1,2,3,4,5 : Ternyata dia masih anak bawaannngg !!Ya Ampun Jeng....gak nyangka deh. kirain lebih dewasa yaa..(aku melirik asem maksudnya?tampang gue tua, gitu?)
                            
Aku    : Kok anak bawang sihh? anakku dah tiga looh! Masak masih
masuk kategori anak bawang??
Mami 3 : Idiihh..mau anak tiga kek, mau anak dua, mau anak satu.
Yang jelas..sampeyan masih muda. Masih junior. Nurut yaa ma kita-kitaaa..(beliau berkata sambil tunjuk-tunjuk dimuka)

Baru aku paham. 
Ternyata mungkin secara fisik, ibu-ibu tersebut memang berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Namun, jiwa mahasiswi-nya masih 'tertinggal' dan mungkin 'menetap' di dalam tubuh mereka. Sehingga, masih terbawa hingga saat ini.

Dan Saya (sungguh) mengagumi, doktrin dan ajaran dari almamater masing-masing, yang jelas-jelas berhasil membuat lulusan-lulusan mereka menjiwai peran senior-junior sampai (mungkin) akhir hayat. 

Lalu...Saya (sungguh pula) berharap...mereka tidak menurunkan pemahaman senior-junior ini ke anak-anak mereka, apalagi anggapan bahwa junior selalu menurut ke senior dalam hal yang keluar jalur atau manipulasi. Sehingga istilah senior-junior bisa berganti dengan rekan, teman, sejawat atau sahabat yang tentunya terdengar lebih 'adem'.

Kembali ke saya dan rasa dongkol saya. Sepanjang perjalanan pulang saya merasa ketakutan. Karena saya membayangkan rupa saya seperti anak (-nya) bawang...huuuaaahhh! Semoga masih terlihat cantik. Hahahaha...




2012/12/08

#PostcardFiction : Aku Akan Selalu Menjagamu


Adam menatap gadisnya lekat-lekat. Senyum bahagia terpancar dari raut wajahnya.
“Lela...betapa beruntungnya aku. Mendapatkan kamu yang benar-benar tulus mencintai-ku.” Ucapnya mesra.

Lela menatap Adam, mencoba mencari arah pembicaraan Adam.

Bibirnya membentuk senyum menggoda, “Kamu lagi merayu aku yaa?” telunjuknya menunjuk ke hidung Adam. Adam tertawa.

“Tidak..tapi kalo perlu aku akan merayu-mu selama hidupku.”jawab Adam. 
Lela mencibir. Adam menjadi gemas.

“Serius Lela..Kamu menyelamatkan aku dari perangkap Meyna. Betapa bodohnya aku, tidak melihat hal itu. Aku pikir dia wanita alim dan baik hati, sesuai untuk hidupku. Ternyata dia hanya ingin menipuku. Untung saja aku menemukan fotocopy kuitansi penggadaian itu, kalau tidak aku tak bisa percaya gadis cantik itu bisa menggadaikan mobil dan rumahku untuk dirinya sendiri. Bagaimana mungkin aku bisa sebodoh itu?” Rutuk Adam.

Kuitansi palsu. Tanda tangan palsu. Timing tepat. Meyna malang. Lela menelan ludah.  
Dengan manis, disuapkannya sepotong kecil brownies coklat ke mulut Adam.

“Terus masih ingat tidak waktu Aku memarahi kamu karena menuduhmu menjelek-jelekkan Lisa?” tanya Adam. Lela mengangguk hati-hati.

“Aku malu sekali, Lela! Aku tak tahu dia juga hanya ingin hartaku. Kalau aku tidak mendengar sendiri rencana-rencana busuk yang dia bicarakan dengan temannya mengenai aku, Aku tak akan percaya padamu!” ucap Adam geram. 

Lela memotong-motong kue  browniesnya. Sedetik senyum sinis tergambar diwajahnya.
Hampir saja aku kehilangan Adam, pikir Lela. Lisa yang rakus. Salahnya sendiri terlalu kemaruk.

“Aku senang ada kamu yang selalu menjagaku, mengatur hidupku, menunjukkan kesalahan-kesalahan aku, dan tetap mencintai-ku. Kamu wanita yang luar biasa Lela” puji Adam.

“Tapi Adam..aku hanya anak pembantu rumahmu. Aku memang jatuh cinta padamu sejak kita masih SMP. Apakah kamu yakin mau menikah dengan aku?” tanya Lela dengan pandangan memohon yang sempurna.

“Nurlela sayang..tentu saja aku akan menikah denganmu. Sekarang katakan padaku, mengapa kamu mencintaiku?” tanya Adam, manja.

Lela tersenyum manis sekali.

“Karena kamu kaya, Adam” jawabnya dalam hati.

2012/11/29

Merah Jambu, Kuning dan biru

Selembar kertas berwarna merah jambu.
Tersirat sketsa seorang perempuan membawa sebakul kendi madu.
“Potret kehidupanmu kulukiskan disini,Adik.” Begitu katamu.
Perempuan itu terlihat teguh.

Selembar kertas berwarna kuning.
Tersirat untaian indah kata-kata pelipur lara.
“Disini kuberi kegembiraanku untukmu, Adik.” Begitu katamu.
Untaian kalimat itu terlihat riang gembira.

Selembar kertas berwarna biru.
Tersirat namamu dan namaku bersama.
“Kapalku letih berlayar sendiri, di hatimu sudah kutambatkan talinya, adik”Begitu Katamu.
Tapi hatiku tak bertali biru.

Maafkan aku Abang..
Merah jambumu, kukagumi.
Kuningmu, menyenangkanku.
Tapi, Birumu membebaniku.

Croissant Perdamaian

Amarah memang gak kenal situasi, waktu, tempat, orang atau kondisi. Gak pagi-pagi, gak siang-siang, gak sore-sore selalu aja meledak gak terduga. Memang secara psikologis (katanya) amarah yang dilampiaskan itu menyehatkan. Tapi bukan pelampiasan amarah yang ekstrim atau berlebihan sampai membuat rugi banyak orang yaa.. Amarah sebatas ngomel-ngomel dan teriak-teriak (sedikit) mungkin benar menyehatkan. Itu kata ilmu psikologi loh..tepatnya gimana bunyinya saya kurang paham.

Kalau menurut agama, amarah itu sebaiknya gak dilampiaskan. Lebih baik duduk kalo marah tingkat tinggi atau berbaring supaya hati agak tenang. Atau wudhu biar adem. Gitu loh..

Tapi apa daya yaa..suatu saat saya marah-marah saking gak sabar sama anak. Marahnya kelewat heboh sampai adegan banting-banting buku (adat marah berlebihan saya memang banting-banting apa saja yang dekat dengan saya) Waahhh...habis itu saya menyesallll sekali! Sampe nangis sendiri karena sebal sama diri sendiri. Kok bisa ya gak sabar sama anak sendiri. Padahal anak-anak orang yang saya ajari saya bisa sabar.

Sehabis cape nangis-nangis karena berasa bersalah, saya pikir caranya berbaikan sama anak saya. Muncullah ide bikin croissant.

Setelah buru-buru ke supermarket untuk beli bahan-bahan dasar, sepulang sekolah saya ajak anak ku untuk bantu buat croissant. Dan dia senaaaannnggg sekaliii! Mulai dari menimbang bahan sesuai resep, ikut menggiling sampai mengulas adonan croisant pake kuning telur. Sambil menunggu kami mengobrol dan dikesempatan itu saya bilang, Mas..maaf ya Bunda marah tadi pagi. Anak saya bilang, iya Bun. Tapi boleh gak saya jadi master chef? Hahahaha....akhirnya saya lega. Anak saya senang, saya senang. Dan croissant kami berhasil matang dengan sukses!! Yiippiieee...

2012/10/02

Mengapa orang senang mengatakan dirinya bodoh?


Saya tidak mengerti mengapa ada orang yang senang mengatakan dirinya sendiri bodoh. Misalnya dengan berkata “ Saya ini orang bodoh, saya tidak tahu apa-apa”. Aneh, kan? Mengapa membanggakan kebodohan yang menurut dia ada dalam dirinya? Mengapa mengatakan diri sendiri bodoh?
Menurut www.id.wikipedia.org  Kebodohan adalah keadaan dan situasi di saat kurangnya pengetahuan terhadap sesuatu informasi bersifat subjektif. Hal ini tidak sama dengan tingkat kecerdasan yang rendah (kedunguan), seperti kualitas intelektual dan tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang. Kata "bodoh" adalah kata sifat yang menggambarkan keadaan di saat seseorang tidak menyadari sesuatu hal, tapi masih memiliki kemampuan untuk memahaminya.
Menurut saya pribadi tidak ada orang bodoh. Hanya belum tahu dan belum paham. Pengetahuan dan pengalaman hidup yang dimiliki tiap orang tidak sama. Jadi tidak semua orang memahami topik yang sedang dibicarakan atau hal yang sedang terjadi. Lalu apakah langsung men-cap diri sendiri dengan sebutan bodoh? Sebaiknya tidak. Lihat lagi definisi kebodohan diatas pada kalimat kedua. Ada saatnya atau keadaan dimana seseorang tidak menyadari sesuatu hal, tapi masih memiliki kemampuan untuk memahami. Manusia diberkahi Allah dengan kemampuan untuk memahami. Betapapun sulitnya sesuatu hal, pasti manusia akan paham. Tinggal manusianya saja yang harus memutuskan mau berusaha untuk memahami atau tidak. Mau buka tempurung nya atau tutup saja? Kalau belum paham 100% yaa.. minimal 10 % saja juga sudah menunjukkan usaha untuk menjadi paham.
Mau bukti lain? Tiap manusia memiliki iman. Untuk menjadi ber-iman harus memiliki Akal Pikiran dan kesadaran. Akal pikiran secara sadar akan berusaha memahami iman yang kita anut, berusaha mempelajarinya dan berusaha tahu lebih banyak lagi. Nah kalau kita bisa paham tentang iman kita masing-masing berarti kita tidak bodoh bukan?
Menyebut diri sendiri bodoh juga bisa merusak Citra Diri. Citra diri itu seperti pandangan atau cara kita memandang diri kita sendiri, kesimpulan yang kita ambil tentang diri kita atau watak kepribadian kita sendiri yang kita lihat dari diri sendiri. Dengan mengatakan diri kita bodoh secara terus menerus akan membuat rugi diri kita sendiri dan membuat orang lain menilai kita sesuai anggapan kita terhadap diri sendiri. Ujung-ujungnya kepercayaan diri memudar. Kalau sudah gak PD, mau melakukan apapun jadi gak maksimal. Produktivitas menurun.
Kesimpulannya, jangan suka mengatakan saya orang bodoh lagi. Cobalah membiasakan diri dengan mengatakan, “Saya belum paham. Coba jelaskan lagi”.