2012/12/10

Anak Bawang

Siang ini, sambil menunggu anak-anakku pulang sekolah. Saya duduk bersama para 'Jemputers-Jemputers' (maksudnya mami-mami dan Eyang-Eyang yang menjemput anak atau cucu-nya setiap hari ke sekolah), dan saling bertukar cerita.

Mami 1 : Sampeyan kelahiran tahun berapa toh jeng? 
         (begitu kira-kira awal mula obrolan kami)
Mami 2 : Aku tahun sekian..
Mami 3 : Aku tahun sekian ... Jeng. kenapa ?
Mami 4 : Aku juga tahun segitu.
Mami 5 : Aku lebih tua setahun dari kamu (sambil menunjuk Mami 3)
Mami 1 : ....terus yeiy..Tahun berapa? 
         (Sambil menatap aku yang masih anteng mendengarkan)
Aku    : Saya lahir tahun ....

Dan tiba-tiba semua serempak bernada sama : "OOOOOOOHHH" (plus Eyang-Eyang!!)Eh? pikirku, sambil celingak- celinguk. 
Helloooww.... is there anything wrong with that? (kira-kira begitu isi pikiranku)

Aku    : Memangnya kenapa ? Setelah koor OOO selesai.
Mami  1,2,3,4,5 : Ternyata dia masih anak bawaannngg !!Ya Ampun Jeng....gak nyangka deh. kirain lebih dewasa yaa..(aku melirik asem maksudnya?tampang gue tua, gitu?)
                            
Aku    : Kok anak bawang sihh? anakku dah tiga looh! Masak masih
masuk kategori anak bawang??
Mami 3 : Idiihh..mau anak tiga kek, mau anak dua, mau anak satu.
Yang jelas..sampeyan masih muda. Masih junior. Nurut yaa ma kita-kitaaa..(beliau berkata sambil tunjuk-tunjuk dimuka)

Baru aku paham. 
Ternyata mungkin secara fisik, ibu-ibu tersebut memang berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Namun, jiwa mahasiswi-nya masih 'tertinggal' dan mungkin 'menetap' di dalam tubuh mereka. Sehingga, masih terbawa hingga saat ini.

Dan Saya (sungguh) mengagumi, doktrin dan ajaran dari almamater masing-masing, yang jelas-jelas berhasil membuat lulusan-lulusan mereka menjiwai peran senior-junior sampai (mungkin) akhir hayat. 

Lalu...Saya (sungguh pula) berharap...mereka tidak menurunkan pemahaman senior-junior ini ke anak-anak mereka, apalagi anggapan bahwa junior selalu menurut ke senior dalam hal yang keluar jalur atau manipulasi. Sehingga istilah senior-junior bisa berganti dengan rekan, teman, sejawat atau sahabat yang tentunya terdengar lebih 'adem'.

Kembali ke saya dan rasa dongkol saya. Sepanjang perjalanan pulang saya merasa ketakutan. Karena saya membayangkan rupa saya seperti anak (-nya) bawang...huuuaaahhh! Semoga masih terlihat cantik. Hahahaha...




2 komentar:

  1. *nelen ludah*
    Masa urusan umur ibu rumah tangga ada senior juniornya? Mana disuruh nurut-nurut :O

    Gimana saya yang belum nikah? disebutnya apa, klo yg udah punya anak 3 aja masih dianggap junior.

    Jadi sebelum menikah mesti persiapan mental klo kumpul sama ibu2 yang udah menikah duluan dong Bu? #eh

    BalasHapus
  2. Hahah...tenang mbak. mungkin lain jaman nanti lain lagi ceritanya.

    Di doa-kan supaya cepet dapat jodoh yaa..biar lekas masuk ke dunia Mommies. It's a Fun World though! ^^

    Salam

    BalasHapus