2012/12/11

#Postcardfiction Karena Hidup itu Indah



Seorang  wanita tua, duduk termenung menatap keluar jendela. Diputarnya kembali memori ingatan saat cucunya berbicara padanya beberapa menit lalu.

“Nek...Nenek masih disana?” tanya Raras, hati-hati. Dengan tangan tetap memegang smartphone-nya, Raras berjalan hilir mudik dengan dada berdegup cemas.

“Nek...?” panggil Raras, lagi.

Terdengar helaan nafas diseberang sana.

“Raras...aku sudah berjanji pada almarhum ibu-mu untuk menjagamu baik-baik. Sekarang saja Nenek sudah melanggar janji itu. Dengan membiarkan kamu tinggal di kota besar, sendirian.”
“Kalau Nenek nanti bertemu ibu-mu di surga sana, apa yang akan Nenek katakan pada beliau? Bagaimana Nenek akan menjelaskan, kalau putri-nya mau meninggalkan semua yang dimilikinya sekarang demi mencari jati diri? Kamu calon pewaris perusahaan kita. Jati diri apa lagi yang kamu cari sayangku? Nenek tidak mengerti!” 

Sambil menggeleng-gelengkan kepala, Nenek berusaha untuk memahami keinginan cucu semata wayang-nya.

“Nek..hanya Nenek yang selalu memahami Raras. Jadi, tolonglah mengerti keinginan Raras. Raras ingin memulai kehidupan Raras yang baru, meski harus bersusah payah dari awal lagi. Nenek tahu kan Raras suka melukis. Raras ingin pergi keliling dunia, bertualang dan menggambarkan semua yang Raras rasa dalam kanvas. Ijinkanlah Nek...Restu Nenek penting buat hidup Raras! Raras Mohon Nek..” pinta Raras, sambil mengusap airmata yang mulai jatuh.

Hati Nenek bimbang. Raras, cucunya yang selalu menuruti keinginannya. Raras, yang berbakat seni. Raras..kepada siapa nanti akan kutitipkan hasil jerih payah ini ?, pikirnya. 

Tetapi... hidup Raras juga penting.

“Nek..aku mohon...dukung Raras Nek..” pinta Raras sedih.

“Baiklah sayang..pergilah. Nenek merestuimu.” ucap nenek, berusaha terdengar tulus.

“Terima Kasih Nek. Raras sayang sama Nenek.” Raras menutup sambungan telepon itu, lalu terduduk menangis. Lega dan bahagia.

Diseberang sana, Nenek masih duduk. Berusaha tersenyum walau berurai airmata. Aku pikir, ucapnya pada diri sendiri, seseorang yang menggenggam sesuatu harus berani melepaskan, dan pada waktunya nanti dunia akan ikut tersenyum.

3 komentar:

  1. hmmm...sabar ya nek, nanti akan indah pada waktunya...yakin deh! bagus ceritanya mbak...:-)

    BalasHapus
  2. Nenek ikut aja ke kota sama Raras :D

    BalasHapus
  3. Wah, apa kabar tuh perusahaannya..:D saya aja yg urus deh :)

    BalasHapus