Seorang wanita tua, duduk termenung menatap keluar
jendela. Diputarnya kembali memori ingatan saat cucunya berbicara padanya
beberapa menit lalu.
“Nek...Nenek masih disana?” tanya
Raras, hati-hati. Dengan tangan tetap memegang smartphone-nya, Raras berjalan hilir mudik dengan dada berdegup cemas.
“Nek...?” panggil Raras, lagi.
Terdengar helaan nafas diseberang
sana.
“Raras...aku sudah berjanji pada almarhum
ibu-mu untuk menjagamu baik-baik. Sekarang saja Nenek sudah melanggar janji
itu. Dengan membiarkan kamu tinggal di kota besar, sendirian.”
“Kalau Nenek nanti bertemu ibu-mu
di surga sana, apa yang akan Nenek katakan pada beliau? Bagaimana Nenek akan
menjelaskan, kalau putri-nya mau meninggalkan semua yang dimilikinya sekarang
demi mencari jati diri? Kamu calon pewaris perusahaan kita. Jati diri apa lagi
yang kamu cari sayangku? Nenek tidak mengerti!”
Sambil menggeleng-gelengkan
kepala, Nenek berusaha untuk memahami keinginan cucu semata wayang-nya.
“Nek..hanya Nenek yang selalu
memahami Raras. Jadi, tolonglah mengerti keinginan Raras. Raras ingin memulai
kehidupan Raras yang baru, meski harus bersusah payah dari awal lagi. Nenek
tahu kan Raras suka melukis. Raras ingin pergi keliling dunia, bertualang dan menggambarkan
semua yang Raras rasa dalam kanvas. Ijinkanlah Nek...Restu Nenek penting buat
hidup Raras! Raras Mohon Nek..” pinta Raras, sambil mengusap airmata yang mulai
jatuh.
Hati Nenek bimbang. Raras, cucunya
yang selalu menuruti keinginannya. Raras, yang berbakat seni. Raras..kepada
siapa nanti akan kutitipkan hasil jerih payah ini ?, pikirnya.
Tetapi... hidup Raras juga penting.
“Nek..aku mohon...dukung Raras
Nek..” pinta Raras sedih.
“Baiklah sayang..pergilah. Nenek
merestuimu.” ucap nenek, berusaha terdengar tulus.
“Terima Kasih Nek. Raras sayang
sama Nenek.” Raras menutup sambungan telepon itu, lalu terduduk menangis. Lega
dan bahagia.
Diseberang sana, Nenek masih
duduk. Berusaha tersenyum walau berurai airmata. Aku pikir, ucapnya pada diri
sendiri, seseorang yang menggenggam sesuatu harus berani melepaskan, dan pada
waktunya nanti dunia akan ikut tersenyum.
hmmm...sabar ya nek, nanti akan indah pada waktunya...yakin deh! bagus ceritanya mbak...:-)
BalasHapusNenek ikut aja ke kota sama Raras :D
BalasHapusWah, apa kabar tuh perusahaannya..:D saya aja yg urus deh :)
BalasHapus