2013/04/10

Jodohmu atau Aku



Azzam terlihat termenung di atas jok sepeda motor-nya. Lelaki gagah dan tampan, putra saudagar desa ini terlihat sangat sabar menunggu. Sambil memperhatikan sekumpulan perempuan-perempuan muda yang berjalan keluar dari bangunan Balai Desa. Mata-nya mencari sesosok perempuan yang selama enam bulan terakhir mencuri isi hati dan pikirannya. 

“Nah, itu dia Gadis merah muda-ku.” Bisiknya pada diri-nya sendiri. Dilambaikan-nya tangannya untuk  menarik perhatian “Gadis Merah Muda”-nya.

Arum dan Dewi yang melihat Azzam melambai ke arah mereka berjalan mendekati.

“Hai Bang Azzam...ada apa ke Balai desa?” tanya Arum. 

Dewi hanya megangguk dan tersenyum melihat Azzam.

“Mau memberi kabar kalau sore nanti rapat Karang Taruna-nya tidak bisa diadakan. Pak RT kita mau ke kota dulu siang ini. Ada panggilan rapat Ketua RT dan RW dari kecamatan. Jadi rapat rencana kegiatan bulan puasa tahun ini akan di jadwal-kan ulang.” Jelas Azzam, berusaha terdengar serius. Padahal hati-nya berdegup-degup. Duh..kenapa aku jadi salah tingkah begini, pikir-nya.

“Yaah..jadi nanti sore gak ketemu dong?” ucap Arum.  Azzam mengangguk. 

Arum mengerutkan alis-nya, kecewa.

“Oh kebetulan. Saya juga gak bisa hadir kalau rapat-nya nanti sore Bang Azzam. Mau bantu ibu membuat kue-kue penganan untuk selamatan naik Haji-nya Pak Naryo. Tadinya saya bingung, mau bantu Ibu atau datang rapat Karang Taruna. Masak sekertaris Karang Taruna gak datang rapat?” cetus Dewi, lega.  Azzam tersenyum.

Tiba-tiba seolah-olah teringat sesuatu, ia bertanya, “Loh...memangnya acara Pak Naryo nanti malam toh?” 

“Idih..Bang Azzam...masak Abang lupa sih? Kan biasanya Bang Azzam, Ketua Karang Taruna, yang jadi pemimpin Sholawatan? ” goda Arum, sambil tertawa. Manis sekali. Azzam ikut tertawa.

“Memang-nya gak boleh kalau Abang lupa, nona manis?” ucap Azzam, dengan jenaka.

“Nah..Abang mulai deh merayu..”seru Arum, malu-malu.

“Aah..Gadis manis itu harus dirayu. Siapa suruh berparas manis?Hahaha.” goda Azzam. 

Arum tambah malu.

“Dewi, lihat itu Arum, wajahnya jadi merah muda!” Azzam kembali tergelak. 

Arum berusaha menutupi mukanya sementara Dewi dan Azzam tertawa geli.

--
Malam hari sesudah Isya, diantara orang-orang yang datang beramah tamah membawakan Doa bagi keselamatan perjalanan Haji Pak Naryo, Azzam melangkah pelan mendekati sesosok wanita berjilbab Merah Muda. 

“Adik...kue-kue buatan-mu enak sekali.” Katanya membuka percakapan.

“Eh Bang Azzam...Suka ya sama kue-nya?” tanya si Gadis.

“Suka sekali. Apalagi sama yang membuat kue-nya.” Cetus Azzam sambil menatap tajam Si Gadis Merah Muda. Mula-mula si gadis masih tersenyum, beberapa lama kemudian si gadis terpaku. Azzam masih menatap dengan serius. 

“Mak..maksud Abang?” tanya si gadis terbata.

“Dewi..Abang suka sekali bila Dewi bersedia menjadi jodoh Abang. Dunia dan Akhirat.” Ucap Azzam, Mantap.

Dewi menunduk. Kuping dan mukanya terasa panas. Hati-nya berdegup kencang. Rasa-nya Azzam pun mungkin bisa mendengar degupan-nya. Ya ampun! Pikir Dewi.

Tapi ini salah, hati Dewi berkata. 

Dikuatkan-nya hatinya. 

Diangkatnya kepalanya, menatap Azzam.

“Maaf Bang Azzam. Dewi gak pantas jadi jodoh Abang. Hati Dewi sudah milik lelaki lain yang lebih sederhana. Dewi harap Abang mengerti.” Ucap Dewi, pelan.

Azzam tercenung. Lalu mengangguk. Dan bergerak untuk berlalu.

Sambil berjalan gontai dan melepaskan kopiah hitam-nya, Azzam menarik napas dalam-dalam. Sebersit nyeri terasa di hati-nya. Hatiku, bisiknya, Gadis merah muda itu bukan jodoh-mu atau Aku.


--

FlashFiction ini disertakan dalam Kuis Kamis-nya Mbak Nunu El-Fasa di Grup Ibu-Ibu Doyan Nulis.