Selembar kertas berwarna merah jambu.
Tersirat sketsa seorang perempuan membawa sebakul kendi madu.
“Potret kehidupanmu kulukiskan disini,Adik.” Begitu katamu.
Perempuan itu terlihat teguh.
Selembar kertas berwarna kuning.
Tersirat untaian indah kata-kata pelipur lara.
“Disini kuberi kegembiraanku untukmu, Adik.” Begitu katamu.
Untaian kalimat itu terlihat riang gembira.
Selembar kertas berwarna biru.
Tersirat namamu dan namaku bersama.
“Kapalku letih berlayar sendiri, di hatimu sudah kutambatkan talinya, adik”Begitu Katamu.
Tapi hatiku tak bertali biru.
Maafkan aku Abang..
Merah jambumu, kukagumi.
Kuningmu, menyenangkanku.
Tapi, Birumu membebaniku.
Tersirat sketsa seorang perempuan membawa sebakul kendi madu.
“Potret kehidupanmu kulukiskan disini,Adik.” Begitu katamu.
Perempuan itu terlihat teguh.
Selembar kertas berwarna kuning.
Tersirat untaian indah kata-kata pelipur lara.
“Disini kuberi kegembiraanku untukmu, Adik.” Begitu katamu.
Untaian kalimat itu terlihat riang gembira.
Selembar kertas berwarna biru.
Tersirat namamu dan namaku bersama.
“Kapalku letih berlayar sendiri, di hatimu sudah kutambatkan talinya, adik”Begitu Katamu.
Tapi hatiku tak bertali biru.
Maafkan aku Abang..
Merah jambumu, kukagumi.
Kuningmu, menyenangkanku.
Tapi, Birumu membebaniku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar