2013/01/22

Dokter Cilik

Bukan suatu rahasia lagi kalau di rumah, saya,  terang-terangan, bisa dikatakan men-dogma, mempengaruhi, memutuskan...atau apalah istilah lainnya, yang artinya secara halus menggambarkan 'pemaksaan' saya terhadap pilihan karir serta cita-cita anak saya kelak.

Bukan kalimat aneh lagi bila saya, secara terang-terangan (juga), akan otomatis meng-koreksi anak saya bila mereka berkata, " Bunda nanti kalau sudah besar, saya jadi pemadam kebakaran saja yaa?"
Lalu saya akan menjawab; " tentu saja...tapi nanti setelah jadi dokter ya?"
atau, ini;
Mahesa : Bun, kayaknya aku cocok jadi komikus
Bunda : Pasti , nak. Kamu kan suka gambar. Nanti jadi komikus-nya setelah jadi Dokter saja. Sambil nunggu pasien bisa coret-coret gambar.

Yap...seperti itu contoh-contohnya. Semua di awali dengan cita-cita anak, Bunda mendukung dan terakhir selalu men-doktrin.*sstt..ini formula rahasia

Suami ku selalu senyum-senyum kalau sudah mendengar pembicaraan Ibu-anak yang menjurus ke arah sana, dengan pesan; jangan maksa, Bun.

Entah kenapa dengan profesi jadi dokter itu. Selalu membuat saya kagum. Bukan karena saya tidak berhasil jadi dokter. Saya pasti tidak akan berbakat jadi dokter. Dengan segala macam bentuk ke'paranoid' an saya, lebih baik tidak. Kasihan nanti pasien saya..hahaha

Dengan tidak mengecilkan profesi lain, buat saya Dokter itu adalah peran profesi orang yang hebat sekali. Selain pintar, seorang dokter mampu menyembuhkan sakit penyakit. Well...seharusnya saya tulis sebagian besar penyakit, karena memang banyak jenis penyakit belum ditemukan obatnya. Tapi, karena alasan ini juga maka seorang dokter dituntut untuk terus menerus belajar dan mencari tahu soal ilmu pengobatan, agar umat manusia dapat bebas penyakit. Dan saya berharap, semoga salah satu penemuan obat di dunia medis ditemukan oleh anak-anak saya. WOW!

Nah..nah..pagi ini agak membahagiakan. Setelah setahun lalu, anak saya tertua terpilih menjadi perwakilan Dokter Cilik sekolah, hari ini anak kedua saya pun mengikuti jejak kakaknya untuk ikut menjadi perwakilan Dokter Cilik Sekolah. Dan hari ini Anak kedua saya harus mengikuti pelatihan jadi dokter, yang meliputi cara-cara penanganan luka ringan dan kondisi darurat ringan, mengenal berbagai jenis bakteri dan kuman-kuman penyakit dan pengenalan kondisi tubuh yang sakit. Dan dia amat sibuk mempersiapkan buku untuk catatan kecil, bekal makanan dan minuman karena harus pelatihan sampai sore juga alat-alat tulis yang diperlukan.

Saya sampai harus bertanya berkali-kali; Mas iyo apa nanti gak kecapekan? nanti kamu bosan, lebih baik gak usah. Tapi ternyata jawabannya mengagumkan; Yahh Bunda..aku mau ikut. Aku kan senang jadi Dokter. Gimana sih bunda?

Doktrin berhasil? *angguk-angguk sembari cengengesan...*



Tidak ada komentar:

Posting Komentar